Gibran Ajak Pemimpin G20 Bangun Kerja Sama Adil di Era Revolusi AI: Tekankan Inklusivitas dan Etika Global

RIO DE JANEIRO, BRAZIL (delapantoto) — Wakil Presiden Republik Indonesia, Gibran Rakabuming Raka, memanfaatkan pidato utamanya dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Rio de Janeiro, Brazil, untuk menyerukan perlunya kerja sama global yang adil dan inklusif dalam menghadapi Revolusi Kecerdasan Buatan (AI). Gibran menekankan bahwa AI, meskipun membawa potensi besar, tidak boleh memperparah ketidaksetaraan antarnegara.

Seruan ini disampaikan Gibran di hadapan para pemimpin negara maju dan berkembang, menempatkan Indonesia sebagai suara yang mendorong tata kelola AI yang beretika dan menguntungkan semua pihak.


I. Tiga Pilar Kerjasama AI yang Adil

 

Gibran mengusulkan tiga pilar utama yang harus menjadi fondasi bagi kerjasama G20 dalam menyikapi perkembangan pesat AI:

1. Inklusivitas Akses Teknologi

 

  • Gibran menyerukan agar teknologi AI, khususnya model-model canggih, harus dapat diakses oleh negara-negara berkembang dan Global South dengan biaya yang terjangkau.

  • Tujuannya: Mencegah AI hanya dikuasai oleh segelintir negara maju, sehingga semua negara memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam inovasi dan pertumbuhan ekonomi berbasis AI.

2. Penguatan Etika dan Tata Kelola Global

 

  • Gibran menekankan perlunya kerangka etika global yang disepakati bersama untuk memastikan pengembangan AI tidak melanggar hak asasi manusia, melindungi data pribadi, dan mencegah bias algoritma.

  • Indonesia siap berkontribusi dalam perumusan standar etika AI yang berlandaskan nilai-nilai universal.

3. Investasi pada SDM dan Infrastruktur Digital

 

  • Negara-negara G20 didorong untuk berinvestasi dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di negara berkembang, melalui program pelatihan dan transfer pengetahuan AI.

  • Investasi pada infrastruktur digital yang tangguh (seperti jaringan 5G dan pusat data) juga krusial untuk memastikan AI dapat diterapkan secara merata.

“Revolusi AI adalah lompatan besar bagi peradaban. Namun, kita harus memastikan bahwa lompatan ini adalah lompatan kolektif, bukan lompatan yang hanya dinikmati oleh segelintir pihak. AI harus menjadi pendorong kesetaraan, bukan pemicu ketidaksetaraan baru,” tegas Gibran.

II. Dampak Seruan di Forum Internasional

 

Seruan Gibran ini disambut baik oleh sejumlah delegasi, terutama dari negara-negara berkembang yang khawatir akan dominasi teknologi AI oleh perusahaan-perusahaan besar di Amerika Utara dan China.

Keikutsertaan aktif Gibran dalam isu-isu teknologi global menunjukkan komitmen Indonesia untuk menjadi pemain kunci dalam diplomasi ekonomi digital, yang merupakan masa depan ekonomi dunia.